Minggu, 18 Januari 2009

Pedagang Disentralisasikan, Omset Pengrajin Keripik Meningkat

Pedagang Disentralisasikan, Omset Pengrajin Keripik Meningkat
JALAN Pagar Alam dulu sangat sepi. Jangankan untuk berbisnis dan membuka usaha, melewatinya saja sudah keburu dicekam rasa takut, karena dulunya daerah ini juga dikenal rawan pembegalan. Tapi sejak beberapa tahun terakhir, fakta seram jalan ini berubah. Kawasan ini malah dikenal sebagai sentralisasi pedagang keripik, baik keripik singkong, pisang, talas atau sukun.
Ya, sejak Pemerintah Kota Bandarlampung menggandeng PT Perkebunan Nusantara VII, imej jalan ini berubah drastis. Kini, di sana ada sedikitnya 30 pedagang. Pemkot semakin mempertegas soal sentralisasi ini dengan mendirikan gapura di depan Jl Pagar Alam atau yang dikenal dengan Gg PU. Hasilnya, sejumlah pedagang mengaku mengalami peningkatan penghasilan hingga 25 persen setiap harinya.
“Saya akui pasca ditetapkannya lokasi berjualan kami, sekitar tiga bulan lalu penghasilan dari penjualan keripik meningkat antara 25% hingga 30% setiap harinya, dibanding pada hari-hari sebelumnya,” kata Romli (38), seorang pedagang di sana. Nama tokonya yang diberi nama Aneka Kripik Sumber Makmur bahkan kini sering mendapat order (pesanan).
Romli mengatakan, dalam sehari dia bisa menjual semua jenis kripik, baik yang standar atau bermacam rasa. Untuk yang aneka rasa penjualan mencapai 30 kg, sedang untuk yang standar atau tanpa rasa apa-apa bisa terjual sampai 20 kg dengan rata-rata harga penjualan untuk kripik singkong standar setiap kilogramnya Rp25 ribu.
Sedang untuk kripik yang beraneka rasa, seperti rasa pedas pada keripik singkong atau keju, coklat pada keripik pisang, dalam per kg-nya dijual antara Rp35 ribu hingga Rp40 ribu. Aku Romli, semua produksinya dikerjakannya sendiri. Dia membuka usahanya setiap hari dari pukul 07.30 WIB sampai pukul 04.30 WIB.
Apa yang dikatakan Romli, juga diakui Sri Mulyani (36). Ibu tiga anak yang kesemuanya perempuan itu mengamini pernyataan Romli. Usaha keripiknya yang diberi label Putra Jogja mengalami peningkatan penghasilan setiap harinya antara 25% hingga 30% dan umumnya pada produksi keripik singkong. “Yah kerasa peningkatannya,” ujarnya.
Gunawan, pemilik (40) pengrajin sekaligus pemilik Toko Aneka Kripik Riska mendapatkan berkah yang besar dengan ditetapkannya wilayah tempatnya berjualan menjadi sentra perdagangan keripik. Bahkan kini telah memiliki banyak pelanggan, baik dari Lampung sendiri hingga ke luar provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai.
“Kalau sekarang, dalam satu hari saya bisa menghabiskan singkong mencapai 1,5 kwintal. Sedang untuk pisang, bisa menghabiskan 250 hingga 5.000 sisir pisang kepok. Saya juga menjual keripik yang berasal dari umbi jalar atau mantang, talas, sukun. Tapi ini tak begitu banyak, di samping barangnya langka, peminatnya juga kurang.
Dari ketiga orang pedagang sekligus pengrajin aneka kripik tersebut, baik Romli, Sri Mulyani, Gunawan serta lainnya mengakui, jika kawasan sentra itu ramai dikunjungi pembeli, baik dari dalam kota atau luar kota, bahkan luar Lampung pada hari-hari tertentu menjelang libur, seperti Jum’at, Sabtu dan Minggu.