Minggu, 18 Januari 2009

Cukup Dua Buah Pisang Sehari


Category:
Mudah Lupa?
*) Potensi Pisang untuk Mencegah Demensia

ANGKA pertumbuhan lansia mencapai 2,5 persen per tahun, lebih besar dari angka pertumbuhan populasi dunia yang hanya 1,7 persen per tahun. Hingga 30 tahun mendatang diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk usia lanjut mencapai 200-400 persen. Sementara kenaikan populasi penduduk usia lanjut di Indonesia antara tahun 1990 dan 2025 akan mencapai 414 persen dari 32 juta orang pada tahun 2002.

BERSAMAAN dengan bertambahnya usia, terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ, dan sistem. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia.

Masalah lain yang timbul adalah menurunnya kemampuan kognitif (gejala ringan adalah mudah lupa dan jika parah akan menyebabkan kepikunan). Ada banyak faktor yang terkait dengan menurunnya kemampuan kognitif pada kelompok lanjut usia ini. Faktor gizi dan pola hidup yang sehat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan kognitif warga senior.

Di sebuah provinsi di China disebutkan, terdapat populasi lansia yang sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit sekali prevalensi kepikunan di sana. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak mengonsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik yang tinggi, dan sosialisasi dengan warga lainnya, dan sebagai tambahan mereka hidup di tempat yang sangat bersih dan jauh dari polusi udara.

Homosistein dan menurunnya kemampuan kognitif
Menjadi tua adalah pasti, yang terpenting adalah bagaimana menjadi tua tapi sehat dan tidak membebani, termasuk di antaranya mencegah terjadinya kepikunan. Menurunnya kemampuan kognitif sering kali dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif yang ditandai dengan banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan.

Kognitif adalah kemampuan pengenalan dan penafsiran seseorang terhadap lingkungannya berupa perhatian, bahasa, memori, visuospasial, dan fungsi memutuskan. Kemunduran yang paling dominan ditemui adalah menurunnya kemampuan memori atau daya ingat. Demensia merupakan suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian seseorang.

Ada satu hipotesis yang menyatakan kepikunan memiliki keterkaitan, baik secara langsung maupun tidak, dengan hiperhomosisteinemia pada lansia. iperhomosisteinemia adalah berlebihan kadar homosistein dalam darah. Hiperhomosisteinemia ini berkaitan dengan rendahnya konsentrasi folat, vitamin B12, dan vitamin B6. Pernyataan tersebut berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaplan et al (2001, 2002) yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition, yang menunjukkan bahwa kemampuan kognitif lansia dapat ditingkatkan dengan pemberian makanan yang terbuat dari karbohidrat lemak dan protein yang dibuat dalam bentuk makanan dan minuman.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Brian et al (2002) tentang pengaruh pemberian suplemen dalam bentuk kapsul yang terdiri dari asam folat, vitamin B12, dan vitamin B6 menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kemampuan mengingat wanita dari berbagai kelompok umur.

Sebagaimana diketahui bahwa karbohidrat, protein, serta lemak merupakan komponen gizi yang berperan sebagai makanan otak. Akan tetapi, optimalisasi perannya perlu ditunjang dengan vitamin dan mineral yang berfungsi untuk mengoptimalkan metabolisme komponen gizi tersebut. Sementara kita juga memahami bahwa proses penuaan juga berkaitan dengan menurunnya kemampuan daya cerna.

Homosistein, folat, vitamin B6, dan vitamin B12
Pada dekade terakhir ini folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat dikatakan menjadi primadona di bidang pangan dan gizi. Hal ini lebih kepada peran folat, B6, dan B12 sebagai koenzim yang memiliki spektrum kerja yang luas. Diketahui bahwa folat dan kofaktor lainnya, seperti vitamin B6, B12, dan metionin, berperan dalam metilasi biologis dan pemeliharaan pool folat intraseluler untuk sintesis DNA.

Konsentrasi folat merupakan determinan penting dari total homosistein. Meningkatnya konsentrasi homosistein diperkirakan secara langsung memengaruhi karsinogenesis dengan berkurangnya DNA di jaringan yang penting melalui peningkatan secara simultan S Adenosilhomosistein. Penggunaan homosistein sebagai cara untuk menilai folat dalam karsinogenesis ini penting karena hal ini mungkin berkaitan dengan metabolisme folat yang merupakan indikasi berkurangnya fungsi-fungsi enzim yang terlibat dalam metabolisme homosistein.

Homosistein merupakan asam amino yang terbentuk sebagai hasil demetilasi metionin. Homosistein akan terakumulasi dalam darah jika terjadi gangguan dan konsentrasinya bergantung pada status folat, B6 dan vitamin B12. Ketergantungan homosistein pada folat, B6, dan B12 cukup tinggi, mengingat secara biokimia pemecahan homosistein menjadi sistein membutuhkan vitamin B6, dan remetilasi kembali menjadi metionin membutuhkan B12 dependent enzyme dengan folat sebagai substratnya.

Kebutuhan vitamin B6, B12, dan folat harus tercukupi, baik melalui pangan sumber folat (sayur dan buah) maupun vitamin B12 (daging-dagingan) karena kedua vitamin tersebut penting untuk membantu mengurangi kadar homosistein dalam tubuh kita. Homosistein yang menjadi penyebab segala penyakit degeneratif, sebagai akibat dari pola makan dan gaya hidup kita di masa lalu yang kurang sehat.

Potensi pisang
Proses penuaan selalu disertai dengan meningkatnya kejadian ketidakcukupan status vitamin B6. Hal ini mungkin berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dan memengaruhi metabolisme vitamin B6. Meskipun mekanismenya sampai saat ini belum dapat dijelaskan, beberapa hasil penelitian yang dilakukan secara eksperimental menunjukkan adanya hubungan antara status vitamin B6 dengan respons imunitas dan kapasitas kognitif pada lansia.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di tahun 1990-an menunjukkan bahwa pisang dapat memenuhi 2/3 kebutuhan vitamin B6 pada lansia dengan status ekonomi rendah yang tinggal di daerah metropolitan. Ada juga yang memenuhi kebutuhan vitamin B6-nya hanya dari sayur dan buah. Fakta penting dari penelitian ini adalah bahwa pisang mengandung vitamin B6 yang dapat memenuhi sebanyak 30 persen dari total kebutuhan vitamin B6. Keuntungan lain dari pisang adalah sifatnya yang padat gizi, ekonomis, dan mampu memenuhi kebutuhan vitamin B6 dan folat dalam jumlah yang cukup signifikan dan siap santap dan sangat cocok untuk mencegah demensia sejak dini.

Kebutuhan vitamin B6 dan folat dapat dipenuhi dengan cara mengonsumsi 1,5-2 pisang dalam setiap hari. Karena, 100 gram pisang mengandung 0,58 miligram vitamin B6. Sementara satu buah pisang ukuran sedang seberat 120 gram mengandung 0,70 miligram, artinya guna memenuhi kebutuhan vitamin B-6 untuk lansia berkisar antara 1,5-2 mg/harinya, cukup mengonsumsi dua buah pisang setiap harinya.

Dua buah pisang setara dengan dengan 58 mikrogram folat meskipun hanya memenuhi sepertiga kebutuhan folat tubuh karena 2/3- nya dapat dipenuhi dari sumber folat lainnya, seperti brokoli, bayam, dan kacang-kacangan. Kebutuhan vitamin B12 tidak dapat dipenuhi dari sumber pangan nabati, untuk memperolehnya harus mengonsumsi sumber pangan hewani, seperti susu, kerang, dan daging. Untuk yang terakhir, yakni daging, sebaiknya yang tanpa lemak dan tidak terlalu banyak.

Keunggulan lain pisang adalah kandungan energinya merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.

Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indeks glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.

Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya. Jadi, tips mudah untuk mencegah demensia adalah dengan dua buah pisang ukuran sedang dan minum susu setiap hari, sepertinya akan cukup membantu.*

Oleh: Nurchasanah
Mahasiswi Pascasarjana Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga
Institut Pertanian Bogor
Copyright Kompas

Tags: pisang
Prev: Mengapa Kita Perlu Makan DAGING?
Next: Terung yang Lezat & Dahsyat